Senin, 18 November 2013

Study Kasus tentang Assesmen di Dalam Kelas



KECEMASAN AKAN ASESMEN DI KELAS

MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Yang dibina oleh Bapak Dr. Adi Atmoko, M.Si.

Oleh :

           Tiyayu Hanit                           (130111613632)
Offering : A


 

UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING
November 2013


Fenomena

1.         Lingkup Luas
Latar belakang dalam penelitian pada fenomena yang terjadi di sebuah SMP Negeri. Dari hasil wawancara dan observasi diperoleh bahwa pada saat menghadapi ujian siswa mengalami kecemasan. Seorang Guru BK menggunakan studi kasus dengan mengungkap data individu sebelum memberikan pelayanan konseling. Terdapat tiga siswa kelas VIII dari beberapa kelas yang mempunyai tingkat kecemasan paling tinggi dalam menghadapi ujian. mereka mengungkapkan bahwa merasa takut tidak dapat mengerjakan ujian, takut nilainya jelek dibawah teman-temannya, khawatir jika ikut  remidi/kejar paket, merasa kurang percaya diri terhadap kemampuannya, takut dijauhi teman-temannya dan di marahi orang tuanya, pikiran kacau tidak bisa mengerjakan ujian, tidak dapat mengendalikan emosional, ketakutan dengan nilai yang diperolehnya, pada saat soal ujian dihadapkan kadang-kadang lupa dengan apa yang sudah diperlajarinya, mengalami kesulitan menerima materi pelajaran di kelasnya, dalam belajar mereka sulit untuk mengingat materi yang dipelajari, takut kalah saingan dengan temannya yang mendapat nilai bagus.
Setelah siswa mengkuti proses konseling pikiran, perasaan, dan perilakunya yang irrasional berangsur-angsur berkurang. Siswa terbukti telah menunjukkan perubahan dengan tidak megalami pada saat ujian dan siswa merasa termotivasi  untuk lebih giat belajar agar tidak mengalami kecemasan lagi

2.         Lingkup Sempit
Asesmen adalah cara untuk memberi penilaian dan mengukur kemampuan hasil belajar peserta didik khususnya siswa dengan melalui tes, misalnya tugas dan ulangan harian. Berikut adalah fenomena dalam lingkup sempit yang berkaitan dengan strategi asesmen di dalam kelas: Sebut saja namanya AF, seorang siswa kelas 1 SMA. Di hari-hari pembelajaran biasa dia terlihat jenius alias lebih pintar dibandingkan dengan teman sekelas lainnya. Dia aktif dalam bertanya maupun menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh gurunya. Namun saat hasil ulangan hariannya dibagikan, hasilnya sangat mengecewakan. Ia mendapat nilai 60. Yang dimana, teman sekelasnya yang dianggap biasa saja dapat memperoleh nilai sempurna yaitu 100.
Apakah yang terjadi? Menurut pengakuannya, ternyata ia merasa cemas dan gugup dalam mengerjakan ulangan harian yang sebenarnya dia bisa mengerjakan. Karena kegugupannya, AF merasa tidak bisa berkonsentrasi dalam mengerjakan soal-soal ulangan tersebut. Sehingga apa yang telah ia pelajari sebelumnya tiba-tiba lenyap (nge-blank)
Dari pihak guru pun juga merasa terkejut dengan hasil ulangan AF yang dirasa tidak mungkin mendapat nilai 60. “Saya sampai 3 kali ngoreksi jawaban AF, mungkin saja saya yang salah. Eh, ternyata setelah dikoreksi hasilnya tetap sama. Saya sampai heran”, aku dari guru mapel yang bersangkutan.


Temuan Hasil Penelitian (Spesifik) Yang Relevan Dengan Fenomena

Sebagian besar siswa sedikit cemas akan tes dan asesmen-asesmen penting lainnya, dan kecemasan dalam kadar yang kecil sebenarnya dapat meningkatkan performa. Namun beberapa siswa menjadi sangat cemas dalam situasi-situasi asesmen. Mereka mengalami kecemasan akan tes (test anxiety) sampai pada titik dimana nilai mereka menurun secara signifikan, tidak sesuai dengan apa yang sebenarnya telah mereka pelajari. Siswa-siswa tersebut tampaknya peduli terutama dengan aspek evaluatif asesmen, dan khawatir bahwa mereka akan terlihat “bodoh” atau tidak mampu di mata orang lain (misalnya guru). Kecemasan akan tes tidak hanya mengganggu pemanggilan (retrieval) dan performa pada saat asesmen berlangsung, tetapi juga mengganggu pengkodean dan penyimpanan ketika siswa mempersiapkan diri untuk asesmen. Jadi siswa yang memiliki kecemasan yang tinggi akan tes tidak hanya mengerjakan tes itu dengan buruk, tapi mereka juga belajar dengan buruk.
Kecemasan akan tes jarang terjadi di kelas-kelas awal namun meningkat di sepanjang masa sekolah dasar. Kecemasan akan tes lazim terjadi pada siswa dari kelompok minoritas, siswa dari keluarga berpenghasilan rendah dan siswa yang mengalami hambatan khusus/cacat. Rata-rata siswa dengan kecemasan tes yang tinggi adalah mereka yang memiliki prestasi yang rendah di sekolah pada masa lalu. Karena itu, strategi yang penting untuk membantu para siswa mengatasi kecemasan yang berlebihan terhadap tes adalah membantunya mendapatkan keterampilan yang mereka perlukan untuk menguasai materi pelajaran di saat-saat awal.


Keadaan Seharusnya

Landasan psikologis merupakan dasar-dasar pemahaman dan pengkajian sesuatu dari sudut karakteristik dan perilaku manusia, khususnya manusia sebagai individu (dalam Sukmadinata, 2009). Kehidupan ini, kita selalu berhadapan dengan individu-individu yang merupakan kesatuan antara jiwa dan raga. Individu yang ada memiliki keragaman karakteristik atau ciri-ciri, kemampuan, kemauan, serta perilaku. Keragaman yang terjadi membuat manusia memiliki sifat-sifat yang sukar untuk dipahami, oleh karena itu seorang guru harus memiliki pengetahuan psikologis siswa. Siswa memiliki kemampuan yang berbeda sehingga menghasilkan nilai mereka berbeda. Menurut Sukmadinata (2009: 20) yang menjadi faktor perbedaan tersebut adalah kecepatan belajar, pemusatan perhatian kepada pelajaran, minat belajar, usaha mempelajari kembali pelajaran dirumah, penafsiran siswa akan soal dan cara siswa merumuskan jawaban mungkin juga tidak sama. Seorang guru harus menguasai dan memahami karakteristik, sikap, sifat dan hal-hal yang menguasai segala karakteristik, dan hal-hal yang melatarbelakangi perilaku orang yang dihadapinya.
Berdasarkan landasan psikologis, seorang siswa harus mempunyai kecenderungan untuk belajar tanpa memiliki rasa kecemasan walaupun hanya dalam kadar yang rendah. Belajar yang baik dan motivasi yang tumbuh harus didasarkan pada pembelajaran yang menyenangkan tanpa ada paksaan atau kecemasan. Seseorang dapat bangkit jika orang tersebut mau bangkit dan mendapat dukungan dari teman sekitar, orang yang dipercaya, dan orang yang berpengaruh besar terhadap hidup dan perilakunya dalam hal ini adalah guru. Seorang guru dapat membantu siswanya dalam menghadapi kecemasan di dalam kelas dengan bekerja sama dan melalui beberapa strategi dalam level fasilitatif
Kita tidak perlu berusaha menghilangkan sama sekali kecemasan akan tes, melainkan hanya perlu menjaganya pada tingkat fasilitatif. Untungnya, kita memiliki kendali yang memadai terhadap bagaimana kita melaksanakan instrumen kita sendiri di kelas. Membedakan antara praktik-praktik asesmen di kelas yang cenderung menghasilkan kecemasan yang membantu (facilitating anxiety) dan praktik-praktik asesmen yang mendatangkan kecemasan yang merugikan (debilitating anxiety)


Identifikasi Masalah

            Asesmen dipelajari untuk menilai kemampuan siswa dengan melalui tes-tes tertentu, baik secara lisan maupun secara tertulis, secara formal maupun informal, melalui ulangan maupun tugas-tugas harian, dll. Di dalam fenomena di atas, diketahui bahwa seorang AF yang dianggap jenius pun masih dapat mengalami kecemasan akan tes. Sehingga hasil ulangannya menjadi jelek dibandingkan teman sekelas lainnya. Bisa dibayangkan jika hal ini terus terjadi, bisa saja ia tidak naik kelas cuma karena rasa cemas yang dialaminya.


Rumusan Masalah

Dari  identifikasi masalah yang dibahas di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
·         Apa penyebab kecemasan pada AF sehingga dapat menurunkan hasil ulangan hariannya?
·         Bagaimana hubungan faktor kecemasan dengan penilaian asesmen di dalam kelas?




Landasan Teori (Rangkuman)
Pengertian Asesmen:
Adalah proses mengamati sebuah sampel dari perilaku seorang siswa dan mengambil kesimpulann tentang pengetahuan dan kemampuan siswa tersebut.

Bentuk Asesmen Pendidikan:
Asesmen informal vs Asesmen formal, Asesmen informal : melibatkan pengamatan spontan dan tak terencana tentang sesuatu yang dikatakan atau dilakukan siswa di kelas. Asesmen formal : melibatkan pengumpulan data yang telah direncanakan sebelumnya dan sistematis yang digunakan untuk tujuan tertentu.

Asesmen tertulis vs Asesmen performa, Asesmen tertulis : melibatkan jawaban tertulis. Asesmen performa : melibatkan perilaku tak tertulis

Asesmen tradisional vs Asesmen otentik, Asesmen tradisional : menilai pembelajaran secara terpisah dari tugas-tugas sehari-hari. Asesmen otentik : menilai kemampuan untuk menerapkan pembelajaran ke tugas-tugas sehari-hari

Tes terstandarisasi vs Asesmen yang dikembangkan guru, Tes terstandarisasi : Dikembangkan oleh para ahli untuk digunakan di berbagai sekolah. Asesmen yang dikembangkan guru : Dikembangkan oleh para guru untuk kelas mereka sendiri

Asesmen acuan kriteria vs Asesmen acuan norma, Asesmen acuan kriteria : mengidentifikasi penguasaan atau ketidakpenguasaan terhadap topic-topik tertentu. Asesmen acuan norma : membandingkan performa siswa dengan performa teman-teman sebaya

Tujuan penggunaan Asesmen :
a.       Meningkatkan pembelajaran
b.      Memandu pembuatan keputusan pengajaran
c.       Mendiagnosa masalah pembelajaran dan performa
d.      Meningkatkan pengaturan diri
e.       Menetukan apa yang telah dipelajari siswa

Karakteristik penting asesmen yang baik
·         Reliabilitas
Yaitu suatu instrumen atau prosedur asesmen artinya sejauh mana asesmen tersebut memberikan informasi yang konsistenn tentang pengetahuan, keterampilan, atau karakteristik yang ingin kita ukur.
·         Standarisasi
Yaitu sejau mana sebuah asesmen mencakup isi dan format yang sama serta dijalankan dan diskor secara sama untuk setiap orang.
·         Validitas
Yitu sejauh mana instrument tersebut mengukur apa yang ingin diukur dan memungkinkan kita untuk menarik kesimpulan yang tepat tentang karakteristik atau kemampuan yang dibicarakan.
3 jenis validitas yang penting bagi para pengajar dan praktisi lainnya menurut para psikologi:
1.      Validitas Isi
Sejauh mana sebuah asemen merupakan sebuah sampel yang representative dari seluruh isi pengetahuan dan keterampilan yang sedang dinilai.
2.      Validitas Prediktif
Yaitu sejauh mana instrument asemen memprediksi performa masa depan dibidang tertentu
3.      Validitas konstruk
Sejauh mana suatu instrument asesmen benar-benar mengukur karakteristik yang abstrak dan tidak dapat diamati.
·         Praktikalitas
Yaitu sejauh mana instrument dan prosedur asesmen relative mudah digunakan.
Format Menyusun Instrumen Asesemen:
Tugas Pengenalan
1.      Item jawaban alternative
2.      Item perjodohan
3.      Item pilihan ganda
Tugas Ingatan
1.      Item jawaban singkat
2.      Item isian
3.      Soal-soal
4.      Latihan intepretatif
5.      Esei

Item Jawaban Alternatif
Adalah salah satu item dimana hanya ada dua atau tiga kemungkinan jawaban, mungkin benar vs salah atau fakta vs opini
Panduan:
·         Nyatakan kembali ide-ide dengan cara lain, jangan menyajikan kata demi kata dari sebuah buku teks atau bahan belajar lainnya
·         Tulislah pernyataan yang mencerminkan satu alternative atau alternative lainnya
·         Hindari penggunaan kata negatif yang berlebihan, khususnya untuk pernyataan-pernyataan yang salah

Pertanyaan Perjodohan
Yaitu pertanyaan yang menyajikan dua kolom kata, frase, atau data.
Panduan:
·         Usahakan agar pertanyaan-pertanyaan di masing-masing kolom bersifat homogen
·         Usahakan agar lebih banyak item yang di satu kolom di banding kolom lainnya

Pertanyaan Pilihan Ganda
Yaitu pertanyaan yang terdiri dari pertanyaan atau pernyataan yang tidak lengkap yang diikuti oleh sekumpulan alternatif.
Panduan:
·         Sajikan pengalihan perhatian yang jelas-jelas salah bagi siswa yang mengetahui materi tersebut namun masuk akal bagi siswa yang tidak menguasai
·         Hindari meletakkan kata negatif dan pilihan jawabannya
·         Jangan terlalu sering menggunakan “semua jawaban di atas benar” atau “tidak ada jawaban yang benar sama sekali
·         Hindari memberikan petunjuk yang logis mengenai jawaban yang benar


Pertanyaan Dengan Jawaban Singkat Dan Isian
Memberikan pertanyaan yang dijawab dengan satu kata atau angka, atau sepasang kalimat
Panduan:
·         Tetapkan jenis jawaban yang dibutuhkan
·         Untuk pertanyaan isian, masukkan satu atau dua tempat kosongg di setiap pertanyaan
·         Gunakan contoh dan situasi baru
·         Masukkan informasi yang tidak relevan

Tugas Esei
Tugas yang mengharuskan siswa menulis jawaban verbal yang panjang, paling tidak satu paragraph dan mungkin beberpak halaman
Panduan:
·         Mintalah beberapa esei yang membutuhkan jawaban pendek, bukan satu esei yang membutuhkan jawaban panjang
·         Berilah siswa suatu struktur untuk menjawab
·         Ajukan pertanyaan dengan jawaban yang dapat secara jelas dinilai benar atau salah

Panduan Umum Menyusun Asesmen Tetulis:
1.      Definisikan tugas dengan jelas dan tidak ambigu
2.      Pertimbangan untuk memberi siswa akses ke materi referensi tertentu
3.      Identifikasilah kriteria pejskoran sebelumnya
4.      Tempatkan pertanyaan yang lebih pendek dan lebih mudah di awal instrumen asesmen; tempatkan pertanyaan yang lebih sulit di bagian akhir
5.      Tetapkan parameter bagi jawaban siswa

Tiga strategi saat menjalankan asesmen:
1. Sediakan lingkungan yang tenang dan nyaman
2. Doronglah siswa unuk bertanya ketika tidak jelas
3. Ambillah langkah-langkah yang masuk akal untuk mencegah perilaku

Asesmen Performa
 Macam-macam tugas performa  yang dapat digunakan untuk menilai penguasaan siswa terhadap materi pelajaran di kelas:
·         melakukan role-play tentang wawancara pekerjaan
·         memainkan sebuah alat musik
·         memperbaiki mesin yang rusak
·         terlibat dalam perdebatan tentang masalah-masalah social
·         mengidentifikasi zat kimia yang tidak diketahui (gronlund, 1993; C. Hill & Larsen, 1992)

 Merencanakan dan Menjalankan Asesmen
1.      Tiga pedoman yang disajikan sebelumnya untuk asesmen tertulis sama relevannya untuk asesmen performa:
·         definisikan tugas secara jelas dan tidak ambigu
·         identifikasikanlah sebelumnya ketika penskoran
·         doronglah siswa bertanya ketika tugas tidak jelas
2.      Tiga pedoman tambahan dibawah ini berkaitan dengan pelaksaan asesmen:
·         pertimbangkan untuk memasukkaan asesmen menjadi bagian dari aktivitas pengajaran normal
·         sediakan struktur untuk memandu usaha siswa dalam tugas performa, namun jangan terlalu banyak karena akan mengurangi otentisitas tugas tersebut
·         rencakan strategi-strategi pengolahan kelas untuk aktivitas asesmen
Mendorong Pengambilan Risiko
Tiga macam strategi untuk mendorong pengambilan risiko:
·         sering-seringlah menilai pencapaian siswa
·         berikan kesempatan bagi siswa ntuk memperbaiki kesalahan mereka
·         jika memungkinkan, izinkan siswa mengambil asesmen ulang

Panduan umum bagi asesmen di kelas:
1.      Sesuaikan instrumen dan praktik asesmen dengan tujuan dan sasaran pengajaran  yang penting
2.      Pertimbangan karakteristik RSVP dalam setiap asesmen
3.      Tetapkan kriteria penskoran seekslisit
4.      Lihat kesalahan siswa sebagai petunjuk tentang letak kesulitan mereka
5.      Evaluasilah instrumen asesmen berdasarkan fakta yang ada.



Analisis

Praktik-praktik asesmen seharusnya terkait erat dengan pengajaran. Praktik tersebut seharusnya mencerminkan tujuan-tujuan pengajaran kita, memandu strategi pengajaran kita, serta menyediakan cara bagi kita untuk melacak kemajuan siswa di sepanjang kurikulum. Dan paling tidak asesmen merupakan pengajaran, artinya asesmen memberi siswa pesan yang jelas tentang hal-hal apa yang dianggap paling penting untuk mereka ketahui dan mampu mereka lakukan.
Kita harus memikirkan bagaimana kita menilai pembelajaran dan prestasi siswa, baik secara informal melalui pengamatan perilaku mereka sehari-hari dan secara lebih formal melalui tugas dan ujian yang telah direncanakan sebelumnya.
Dari fenomena di atas dapat diketahui bahwa kecemasan dapat mempengaruhi penilaian asesmen di kelas. Seperti halnya AF yang merasa cemas, gugup, dan tidak konsentrasi dalam mengerjakan soal. Sehingga asesmen di dalam kelas dan bagaimana hasil penilaian kemampuan siswa, itu sangat dipengaruhi oleh kepribadian atau psikologis dari siswa itu sendiri.
Dan tidak ada kemungkinan, seorang yang jenius pun tidak mengalaminya. Karena setiap individu pasti memiliki masalah yang bisa mengganggu kesehatannya secara psikologis atau mental.


Solusi

Dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas, peserta didik merupakan komponen yang dapat mengukur prestasi akademik suatu sekolah. Pembelajaran yang berlangsung haruslah menyenangkan sehingga peserta didik termotivasi dalam akademik untuk mencapai cita-cita. Diharapkan proses pembelajaran kedepannya, guru mempunyai agenda perkembangan emosi peserta didik sehingga kita dapat mengetahui antusias siswa pada pelajaran dan sebagai introspeksi diri sebagai pendidik.


DAFTAR RUJUKAN

Santrock, John W. 2011. Psikologi Pendidikan. Jakarta:Salemba Humanika
Ormrod, Jeanne Ellis. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Erlangga.
Sukmadinata, N.S. 2009. Landasan psikologi proses pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.