KECEMASAN AKAN ASESMEN DI KELAS
MAKALAH
Untuk Memenuhi
Tugas Mata Kuliah
PSIKOLOGI
PENDIDIKAN
Yang dibina oleh
Bapak Dr. Adi Atmoko, M.Si.
Oleh :
Tiyayu Hanit (130111613632)
Offering : A
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING
November 2013
Fenomena
1.
Lingkup Luas
Latar belakang
dalam penelitian pada fenomena yang terjadi di sebuah SMP Negeri. Dari hasil
wawancara dan observasi diperoleh bahwa pada saat menghadapi ujian siswa
mengalami kecemasan. Seorang Guru BK menggunakan studi kasus dengan mengungkap
data individu sebelum memberikan pelayanan konseling. Terdapat tiga siswa kelas
VIII dari beberapa kelas yang mempunyai tingkat kecemasan paling tinggi dalam
menghadapi ujian. mereka mengungkapkan bahwa merasa takut tidak dapat
mengerjakan ujian, takut nilainya jelek dibawah teman-temannya, khawatir jika
ikut remidi/kejar paket, merasa kurang
percaya diri terhadap kemampuannya, takut dijauhi teman-temannya dan di marahi
orang tuanya, pikiran kacau tidak bisa mengerjakan ujian, tidak dapat
mengendalikan emosional, ketakutan dengan nilai yang diperolehnya, pada saat
soal ujian dihadapkan kadang-kadang lupa dengan apa yang sudah diperlajarinya,
mengalami kesulitan menerima materi pelajaran di kelasnya, dalam belajar mereka
sulit untuk mengingat materi yang dipelajari, takut kalah saingan dengan
temannya yang mendapat nilai bagus.
Setelah siswa
mengkuti proses konseling pikiran, perasaan, dan perilakunya yang irrasional
berangsur-angsur berkurang. Siswa terbukti telah menunjukkan perubahan dengan
tidak megalami pada saat ujian dan siswa merasa termotivasi untuk lebih giat belajar agar tidak mengalami
kecemasan lagi
2.
Lingkup
Sempit
Asesmen adalah cara untuk memberi penilaian dan mengukur kemampuan
hasil belajar peserta didik khususnya siswa dengan melalui tes, misalnya tugas
dan ulangan harian. Berikut adalah fenomena dalam lingkup sempit yang berkaitan
dengan strategi asesmen di dalam kelas: Sebut saja namanya AF, seorang siswa
kelas 1 SMA. Di hari-hari pembelajaran biasa dia terlihat jenius alias lebih
pintar dibandingkan dengan teman sekelas lainnya. Dia aktif dalam bertanya
maupun menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh gurunya. Namun saat
hasil ulangan hariannya dibagikan, hasilnya sangat mengecewakan. Ia mendapat
nilai 60. Yang dimana, teman sekelasnya yang dianggap biasa saja dapat
memperoleh nilai sempurna yaitu 100.
Apakah yang terjadi? Menurut pengakuannya, ternyata ia merasa
cemas dan gugup dalam mengerjakan ulangan harian yang sebenarnya dia bisa
mengerjakan. Karena kegugupannya, AF merasa tidak bisa berkonsentrasi dalam
mengerjakan soal-soal ulangan tersebut. Sehingga apa yang telah ia pelajari
sebelumnya tiba-tiba lenyap (nge-blank)
Dari pihak guru pun juga merasa terkejut dengan hasil ulangan
AF yang dirasa tidak mungkin mendapat nilai 60. “Saya sampai 3 kali ngoreksi
jawaban AF, mungkin saja saya yang salah. Eh, ternyata setelah dikoreksi
hasilnya tetap sama. Saya sampai heran”, aku dari guru mapel yang bersangkutan.
Temuan Hasil
Penelitian (Spesifik) Yang Relevan Dengan Fenomena
Sebagian besar siswa sedikit cemas akan
tes dan asesmen-asesmen penting lainnya, dan kecemasan dalam kadar yang kecil
sebenarnya dapat meningkatkan performa. Namun beberapa siswa menjadi sangat
cemas dalam situasi-situasi asesmen. Mereka mengalami kecemasan akan tes (test anxiety) sampai pada titik dimana
nilai mereka menurun secara signifikan, tidak sesuai dengan apa yang sebenarnya
telah mereka pelajari. Siswa-siswa tersebut tampaknya peduli terutama dengan
aspek evaluatif asesmen, dan khawatir
bahwa mereka akan terlihat “bodoh” atau tidak mampu di mata orang lain
(misalnya guru). Kecemasan akan tes tidak hanya mengganggu pemanggilan (retrieval) dan performa pada saat
asesmen berlangsung, tetapi juga mengganggu pengkodean dan penyimpanan ketika
siswa mempersiapkan diri untuk asesmen. Jadi siswa yang memiliki kecemasan yang
tinggi akan tes tidak hanya mengerjakan tes itu dengan buruk, tapi mereka juga
belajar dengan buruk.
Kecemasan akan tes jarang terjadi di
kelas-kelas awal namun meningkat di sepanjang masa sekolah dasar. Kecemasan
akan tes lazim terjadi pada siswa dari kelompok minoritas, siswa dari keluarga
berpenghasilan rendah dan siswa yang mengalami hambatan khusus/cacat. Rata-rata
siswa dengan kecemasan tes yang tinggi adalah mereka yang memiliki prestasi
yang rendah di sekolah pada masa lalu. Karena itu, strategi yang penting untuk
membantu para siswa mengatasi kecemasan yang berlebihan terhadap tes adalah
membantunya mendapatkan keterampilan yang mereka perlukan untuk menguasai
materi pelajaran di saat-saat awal.
Keadaan Seharusnya
Landasan psikologis merupakan
dasar-dasar pemahaman dan pengkajian sesuatu dari sudut karakteristik dan
perilaku manusia, khususnya manusia sebagai individu (dalam Sukmadinata, 2009).
Kehidupan ini, kita selalu berhadapan dengan individu-individu yang merupakan
kesatuan antara jiwa dan raga. Individu yang ada memiliki keragaman
karakteristik atau ciri-ciri, kemampuan, kemauan, serta perilaku. Keragaman
yang terjadi membuat manusia memiliki sifat-sifat yang sukar untuk dipahami,
oleh karena itu seorang guru harus memiliki pengetahuan psikologis siswa. Siswa
memiliki kemampuan yang berbeda sehingga menghasilkan nilai mereka berbeda.
Menurut Sukmadinata (2009: 20) yang menjadi faktor perbedaan tersebut adalah
kecepatan belajar, pemusatan perhatian kepada pelajaran, minat belajar, usaha
mempelajari kembali pelajaran dirumah, penafsiran siswa akan soal dan cara
siswa merumuskan jawaban mungkin juga tidak sama. Seorang guru harus menguasai
dan memahami karakteristik, sikap, sifat dan hal-hal yang menguasai segala
karakteristik, dan hal-hal yang melatarbelakangi perilaku orang yang
dihadapinya.
Berdasarkan landasan psikologis, seorang siswa harus
mempunyai kecenderungan untuk belajar tanpa memiliki rasa kecemasan walaupun
hanya dalam kadar yang rendah. Belajar yang baik dan motivasi yang tumbuh harus
didasarkan pada pembelajaran yang menyenangkan tanpa ada paksaan atau
kecemasan. Seseorang dapat bangkit jika orang tersebut mau bangkit dan mendapat
dukungan dari teman sekitar, orang yang dipercaya, dan orang yang berpengaruh
besar terhadap hidup dan perilakunya dalam hal ini adalah guru. Seorang guru
dapat membantu siswanya dalam menghadapi kecemasan di dalam kelas dengan
bekerja sama dan melalui beberapa strategi dalam level fasilitatif
Kita tidak perlu berusaha menghilangkan
sama sekali kecemasan akan tes, melainkan hanya perlu menjaganya pada tingkat
fasilitatif. Untungnya, kita memiliki kendali yang memadai terhadap bagaimana
kita melaksanakan instrumen kita sendiri di kelas. Membedakan antara
praktik-praktik asesmen di kelas yang cenderung menghasilkan kecemasan yang
membantu (facilitating anxiety) dan
praktik-praktik asesmen yang mendatangkan kecemasan yang merugikan (debilitating anxiety)
Identifikasi Masalah
Asesmen dipelajari untuk menilai
kemampuan siswa dengan melalui tes-tes tertentu, baik secara lisan maupun
secara tertulis, secara formal maupun informal, melalui ulangan maupun tugas-tugas
harian, dll. Di dalam fenomena di atas, diketahui bahwa seorang AF yang
dianggap jenius pun masih dapat mengalami kecemasan akan tes. Sehingga hasil
ulangannya menjadi jelek dibandingkan teman sekelas lainnya. Bisa dibayangkan
jika hal ini terus terjadi, bisa saja ia tidak naik kelas cuma karena rasa
cemas yang dialaminya.
Rumusan Masalah
Dari identifikasi masalah yang dibahas di atas dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut :
·
Apa penyebab
kecemasan pada AF sehingga dapat menurunkan hasil ulangan hariannya?
·
Bagaimana
hubungan faktor kecemasan dengan penilaian asesmen di dalam kelas?
Landasan Teori (Rangkuman)
Pengertian
Asesmen:
Adalah proses
mengamati sebuah sampel dari perilaku seorang siswa dan mengambil kesimpulann
tentang pengetahuan dan kemampuan siswa tersebut.
Bentuk Asesmen
Pendidikan:
Asesmen informal
vs Asesmen formal, Asesmen informal : melibatkan pengamatan spontan dan tak
terencana tentang sesuatu yang dikatakan atau dilakukan siswa di kelas. Asesmen
formal : melibatkan pengumpulan data yang telah direncanakan sebelumnya dan
sistematis yang digunakan untuk tujuan tertentu.
Asesmen tertulis
vs Asesmen performa, Asesmen tertulis : melibatkan jawaban tertulis. Asesmen
performa : melibatkan perilaku tak tertulis
Asesmen tradisional
vs Asesmen otentik, Asesmen tradisional : menilai pembelajaran secara terpisah
dari tugas-tugas sehari-hari. Asesmen otentik : menilai kemampuan untuk
menerapkan pembelajaran ke tugas-tugas sehari-hari
Tes
terstandarisasi vs Asesmen yang dikembangkan guru, Tes terstandarisasi :
Dikembangkan oleh para ahli untuk digunakan di berbagai sekolah. Asesmen yang
dikembangkan guru : Dikembangkan oleh para guru untuk kelas mereka sendiri
Asesmen acuan
kriteria vs Asesmen acuan norma, Asesmen acuan kriteria : mengidentifikasi
penguasaan atau ketidakpenguasaan terhadap topic-topik tertentu. Asesmen acuan
norma : membandingkan performa siswa dengan performa teman-teman sebaya
Tujuan penggunaan Asesmen :
a.
Meningkatkan
pembelajaran
b.
Memandu
pembuatan keputusan pengajaran
c.
Mendiagnosa
masalah pembelajaran dan performa
d.
Meningkatkan
pengaturan diri
e.
Menetukan apa
yang telah dipelajari siswa
Karakteristik
penting asesmen yang baik
·
Reliabilitas
Yaitu suatu
instrumen atau prosedur asesmen artinya sejauh mana asesmen tersebut memberikan
informasi yang konsistenn tentang pengetahuan, keterampilan, atau karakteristik
yang ingin kita ukur.
·
Standarisasi
Yaitu sejau mana
sebuah asesmen mencakup isi dan format yang sama serta dijalankan dan diskor
secara sama untuk setiap orang.
·
Validitas
Yitu sejauh mana
instrument tersebut mengukur apa yang ingin diukur dan memungkinkan kita untuk
menarik kesimpulan yang tepat tentang karakteristik atau kemampuan yang
dibicarakan.
3 jenis
validitas yang penting bagi para pengajar dan praktisi lainnya menurut para
psikologi:
1. Validitas Isi
Sejauh mana sebuah asemen merupakan sebuah sampel
yang representative dari seluruh isi pengetahuan dan keterampilan yang sedang
dinilai.
2. Validitas Prediktif
Yaitu sejauh mana instrument asemen memprediksi performa
masa depan dibidang tertentu
3. Validitas konstruk
Sejauh mana suatu instrument asesmen benar-benar
mengukur karakteristik yang abstrak dan tidak dapat diamati.
·
Praktikalitas
Yaitu sejauh
mana instrument dan prosedur asesmen relative mudah digunakan.
Format Menyusun
Instrumen Asesemen:
Tugas
Pengenalan
1. Item jawaban alternative
2. Item perjodohan
3. Item pilihan ganda
Tugas Ingatan
1. Item jawaban singkat
2. Item isian
3. Soal-soal
4. Latihan intepretatif
5. Esei
Item Jawaban
Alternatif
Adalah salah
satu item dimana hanya ada dua atau tiga kemungkinan jawaban, mungkin benar vs
salah atau fakta vs opini
Panduan:
·
Nyatakan kembali
ide-ide dengan cara lain, jangan menyajikan kata demi kata dari sebuah buku
teks atau bahan belajar lainnya
·
Tulislah
pernyataan yang mencerminkan satu alternative atau alternative lainnya
·
Hindari
penggunaan kata negatif yang berlebihan, khususnya untuk pernyataan-pernyataan
yang salah
Pertanyaan
Perjodohan
Yaitu pertanyaan
yang menyajikan dua kolom kata, frase, atau data.
Panduan:
·
Usahakan agar
pertanyaan-pertanyaan di masing-masing kolom bersifat homogen
·
Usahakan agar
lebih banyak item yang di satu kolom di banding kolom lainnya
Pertanyaan
Pilihan Ganda
Yaitu pertanyaan
yang terdiri dari pertanyaan atau pernyataan yang tidak lengkap yang diikuti
oleh sekumpulan alternatif.
Panduan:
·
Sajikan
pengalihan perhatian yang jelas-jelas salah bagi siswa yang mengetahui materi
tersebut namun masuk akal bagi siswa yang tidak menguasai
·
Hindari
meletakkan kata negatif dan pilihan jawabannya
·
Jangan terlalu
sering menggunakan “semua jawaban di atas benar” atau “tidak ada jawaban yang
benar sama sekali
·
Hindari
memberikan petunjuk yang logis mengenai jawaban yang benar
Pertanyaan
Dengan Jawaban Singkat Dan Isian
Memberikan pertanyaan
yang dijawab dengan satu kata atau angka, atau sepasang kalimat
Panduan:
·
Tetapkan jenis
jawaban yang dibutuhkan
·
Untuk pertanyaan
isian, masukkan satu atau dua tempat kosongg di setiap pertanyaan
·
Gunakan contoh
dan situasi baru
·
Masukkan
informasi yang tidak relevan
Tugas Esei
Tugas yang
mengharuskan siswa menulis jawaban verbal yang panjang, paling tidak satu
paragraph dan mungkin beberpak halaman
Panduan:
·
Mintalah
beberapa esei yang membutuhkan jawaban pendek, bukan satu esei yang membutuhkan
jawaban panjang
·
Berilah siswa
suatu struktur untuk menjawab
·
Ajukan
pertanyaan dengan jawaban yang dapat secara jelas dinilai benar atau salah
Panduan Umum Menyusun Asesmen Tetulis:
1.
Definisikan tugas dengan jelas dan tidak ambigu
2.
Pertimbangan untuk memberi siswa akses ke materi
referensi tertentu
3.
Identifikasilah
kriteria pejskoran sebelumnya
4.
Tempatkan pertanyaan yang lebih pendek dan lebih mudah di
awal instrumen asesmen; tempatkan pertanyaan yang lebih sulit di bagian akhir
5.
Tetapkan parameter
bagi jawaban siswa
Tiga strategi saat menjalankan asesmen:
1. Sediakan lingkungan yang tenang dan nyaman
2. Doronglah siswa unuk bertanya ketika tidak jelas
3. Ambillah langkah-langkah yang masuk akal untuk mencegah perilaku
Asesmen Performa
Macam-macam tugas performa yang dapat digunakan untuk menilai penguasaan
siswa terhadap materi pelajaran di kelas:
·
melakukan role-play tentang wawancara pekerjaan
·
memainkan sebuah alat musik
·
memperbaiki mesin yang rusak
·
terlibat dalam perdebatan tentang masalah-masalah social
·
mengidentifikasi zat kimia yang tidak diketahui
(gronlund, 1993; C. Hill & Larsen, 1992)
Merencanakan dan Menjalankan Asesmen
1.
Tiga pedoman yang disajikan sebelumnya untuk asesmen
tertulis sama relevannya untuk asesmen performa:
·
definisikan tugas secara jelas dan tidak ambigu
·
identifikasikanlah sebelumnya ketika penskoran
·
doronglah siswa bertanya ketika tugas tidak jelas
2.
Tiga pedoman
tambahan dibawah ini berkaitan dengan pelaksaan asesmen:
·
pertimbangkan untuk memasukkaan asesmen menjadi bagian
dari aktivitas pengajaran normal
·
sediakan struktur untuk memandu usaha siswa dalam tugas
performa, namun jangan terlalu banyak karena akan mengurangi otentisitas tugas
tersebut
·
rencakan strategi-strategi pengolahan kelas untuk
aktivitas asesmen
Mendorong Pengambilan Risiko
Tiga macam strategi untuk mendorong pengambilan risiko:
·
sering-seringlah menilai pencapaian siswa
·
berikan kesempatan bagi siswa ntuk memperbaiki kesalahan
mereka
·
jika memungkinkan, izinkan siswa mengambil asesmen ulang
Panduan umum bagi asesmen di kelas:
1.
Sesuaikan instrumen
dan praktik asesmen dengan tujuan dan sasaran pengajaran yang penting
2.
Pertimbangan
karakteristik RSVP dalam setiap asesmen
3.
Tetapkan kriteria
penskoran seekslisit
4.
Lihat kesalahan
siswa sebagai petunjuk tentang letak kesulitan mereka
5.
Evaluasilah
instrumen asesmen berdasarkan fakta yang ada.
Analisis
Praktik-praktik
asesmen seharusnya terkait erat dengan pengajaran. Praktik tersebut seharusnya mencerminkan
tujuan-tujuan pengajaran kita, memandu strategi pengajaran kita, serta
menyediakan cara bagi kita untuk melacak kemajuan siswa di sepanjang kurikulum.
Dan paling tidak asesmen merupakan pengajaran, artinya asesmen memberi siswa
pesan yang jelas tentang hal-hal apa yang dianggap paling penting untuk mereka
ketahui dan mampu mereka lakukan.
Kita
harus memikirkan bagaimana kita menilai pembelajaran dan prestasi siswa, baik
secara informal melalui pengamatan perilaku mereka sehari-hari dan secara lebih
formal melalui tugas dan ujian yang telah direncanakan sebelumnya.
Dari
fenomena di atas dapat diketahui bahwa kecemasan dapat mempengaruhi penilaian
asesmen di kelas. Seperti halnya AF yang merasa cemas, gugup, dan tidak
konsentrasi dalam mengerjakan soal. Sehingga asesmen di dalam kelas dan
bagaimana hasil penilaian kemampuan siswa, itu sangat dipengaruhi oleh
kepribadian atau psikologis dari siswa itu sendiri.
Dan
tidak ada kemungkinan, seorang yang jenius pun tidak mengalaminya. Karena
setiap individu pasti memiliki masalah yang bisa mengganggu kesehatannya secara
psikologis atau mental.
Solusi
Dalam melaksanakan proses pembelajaran
di kelas, peserta didik merupakan komponen yang dapat mengukur prestasi
akademik suatu sekolah. Pembelajaran yang berlangsung haruslah menyenangkan
sehingga peserta didik termotivasi dalam akademik untuk mencapai cita-cita. Diharapkan
proses pembelajaran kedepannya, guru mempunyai agenda perkembangan emosi
peserta didik sehingga kita dapat mengetahui antusias siswa pada pelajaran dan
sebagai introspeksi diri sebagai pendidik.
DAFTAR RUJUKAN
Santrock,
John W. 2011. Psikologi Pendidikan.
Jakarta:Salemba Humanika
Ormrod, Jeanne Ellis. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Erlangga.
Sukmadinata, N.S. 2009. Landasan psikologi proses pendidikan.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
http://blog.unsri.ac.id/zainab2011/psikologi-pendidikan/kecemasan-siswa-dalam-proses-pembelajaran/mrdetail/101990/,
diakses tanggal 11 September 2013
http://diyahayuwirantika.blogspot.com/2012/09/strategi-pembelajaran-dan-lingkungan.html, di akses 11 September 2013