Adi adalah
seorang pelajar di sebuah SMK di kota Bandung. Dia hidup hanya berdua dengan
ibunya tercinta yang bekerja sebagai buruh cuci. Mereka tinggal di rumah yang
sederhana. Dan gadis cantik dalam foto itu adalah adiknya, Lyra. Ini adalah
kisah cinta Adi yang menyakitkan.
***
“Teng
teng teng”.....
Bel
pulang akhirnya berbunyi juga, para siswa berhamburan keluar kelas. Begitupun
dengan Adi. Adi segera membereskan buku-buku pelajarannya dan memasukkannya ke
dalam tas usangnya yang telah termakan usia. Dia sudah tidak sabar untuk
bertemu seseorang. Ya, seorang gadis manis yang telah membuatnya tidak dapat
tidur semalaman karena selalu terbayang senyumannya yang manis.
Dengan tergesa-gesa Adi keluar kelas
dan langsung menuju halte dimana ia secara tidak sengaja bertemu dengan gadis
itu.
“Duh... semoga
gue ketemu lagi sama dia”, harap Adi.
Sesampainya di
tempat yang dituju, Adi melihat orang-orang yang ada di halte dan berharap
menemukan gadis itu diantara mereka. Dan benar saja, gadis itu tengah duduk
sendirian menanti jemputan. Adi segera menghampirinya.
“Hai”, sapa
Adi.
“Hai juga”,
jawab si gadis dengan senyum manisnya yang membuat Adi semakin terpesona.
“Ingat aku
nggak?” tanya Adi pada gadis itu.
“Hmmm.. siapa
ya? Maaf aku lupa.”
“Aku yang
kemarin. Yang nggak sengaja menjatuhkan buku kamu. masak lupa sih..?”
“Oh iya, aku
ingat..”
“Maaf ya soal
kemarin, aku lagi terburu-buru. Dan kenalin, aku Adi. Bolehkan aku tahu
namamu?” tanya Adi.
“Soal kemarin
nggak apa-apa kog, nama aku Lyra.” kata Lyra memperkenalkan diri dan menjulurkan
tangannya.
Adi menyambut
tangan Lyra “Oh, Lyra ya.. Salam kenal ya..”
“iya, hmmm..
Itu jemputanku udah datang, aku duluan ya kak Adi,” kata Lyra sambil masuk ke
dalam mobil jemputannya.
“Iya Lyra..
Hati-hati dan sampai jumpa,” kata Adi menutup perkenalan singkat mereka.
Selama perjalanan pulang menuju
rumahnya, Adi banyak melamun. Bahkan di rumah pun Adi tetap melamun, sehingga
membuat ibunya heran. Apa yang membuat anaknya menjadi seperti itu.
“Di? Kamu
sedang mikirin apa to Nak? Sejak kemarin Ibu perhatikan kamu kog melamun
terus?” tanya Ibu Adi
“Ah, nggak
apa-apa kog Bu..” ucap Adi berusaha berbohong
“Gak ada
apa-apa bagaimana? Pasti kamu bohong. Kamu sedang jatuh cinta sama seorang
cewek, ya kan Di?” kata Ibu Adi memojokkan.
“Ibu nih...
Enggak kog Bu”
“Jangan
berbohong kamu nak... Siapa cewek yang sudah mencuri hatimu itu? Ayo ceritakan
pada Ibu”, ucap Ibu Adi seraya bercanda.
Lalu Adi pun
menceritakan bagaimana ia bisa bertemu dengan gadis itu dan bisa berkenalan
dengannya tadi siang.
“Terus, tempat
tinggal pencuri hatimu itu dimana?”
“La.. Yaitu Bu
bodohnya Aku.. Kenapa nggak Aku tanya rumah dan nomor teleponnya”, kata Adi
menyesal.
“Hmmm.. Gimana
to Nak..Nak.. ya sudah, Ibu mau nglanjutin pekerjaan Ibu”.
***
Keesokan harinya, sepulang sekolah Adi
menemui Lyra kembali.
“Hari ini, gue
harus dapat nomor telepon dan alamat rumahnya. Harus..!” ucap Adi dengan semangatnya
di dalam hati.
Sesuai
rencana, Adi akhirnya mendapatkan nomor telepon dan alamat rumah Lyra.
Sejak saat itu mereka sering
berhubungan lewat telepon dan bertemu setiap pulang sekolah. Sehingga hal itu
menumbuhkan rasa cinta, kasih, dan sayang di antara mereka. Hingga pada suatu
hari, Adi berniat untuk mengajak Lyra keluar dan berencana untuk menembak Lyra
hari itu juga.
Adi
menjemput Lyra di rumahnya. Dan bertemu dengan Ayahnya Lyra yang menyambutnya
dengan ramah. Tentunya Ayahnya Lyra ingin tahu siapa laki-laki yang berani
mengunjungi anaknya dan mengajaknya keluar itu. Maka Ayahnya Lyra menanyai Adi
dari A sampai Z. Dan Adi menjawab pertanyaan Ayahnya Lyra dengan
sejujur-jujurnya tanpa menutup-nutupi sedikit pun.
“Jadi kamu
putranya Sulatri tukang buruh cuci itu?” tanya Ayah Lyra terkejut.
“Iya Om”, jawab
Adi.
“Lalu tujuan
kamu kemari untuk apa?”
“Saya mau
mengajak Lyra keluar, Om”.
“Kamu apanya
Lyra?” tanya Ayahnya Lyra menyelidik
“Saya calon
pacarnya Lyra, Om.. hehe.”
“Apa?! Pacar
kamu bilang?” kata Ayah Lyra yang dengan sekejap berubah menjadi amarah setelah
mendengar jawaban Adi.
“Sekarang juga
kamu pergi dari rumah saya dan jangan pernah temui Lyra lagi”, bentak Ayah Lyra.
Lyra yang
sejak tadi hanya diam saja menjadi terkejut karena bentakan ayahnya pada Adi,
“Ayah.. Kenapa
bilang seperti itu pada Adi?”
“Sudah, diam
kamu dan masuk kamar sana..!” bentak ayahnya.
Karena
bentakan ayahnya, Lyra berlari masuk kamar dan menangis sejadi-jadinya. Ia tak
pernah melihat ayahnya semarah ini kepadanya.
“Ngapain kamu
masih di sini? Keluar kamu..!” usir Ayah Lyra.
“Iya Om, maaf
saya sudah mengganggu dan permisi..” pamit Adi dengan sangat kecewa.
Adi pun pergi
meninggalkan rumahnya Lyra.
***
Tanpa sepengetahuan Ayahnya Lyra,
Mereka masih berhubungan lewat telepon. Setiap pulang sekolah sebelum jemputan
Lyra datang, selalu Mereka manfaatkan untuk berbincang berdua. Hanya berdua.
Karena hanya itulah kesempatan Mereka untuk bertemu langsung.
Di tengah asik-asiknya perbincangan
Mereka, tiba-tiba dikejutkan oleh suara yang sudah tidak asing lagi bagi Lyra.
“Lyra...!!”
“Ayah..” kata
Lyra terkejut. Ternyata itu adalah suara ayahnya Lyra yang tengah menjemputnya.
Dikarenakan sang supir yang biasa menjemput Lyra sedang sakit.
“Apa-apaan
ini? Sudah ku bilang jangan berhubungan dengan laki-laki ini. Kamu masih saja
berhubungan dengan Dia! Ayo masuk kamu ke dalam.” bentak Ayah Lyra sambil
menyeret Lyra masuk ke dalam mobil.
“Dan kamu...
Dasar anak tak tahu balas budi..!! Jangan hubungi Lyra!” bentak Ayah Lyra pada
Adi dan pergi meninggalkan Adi.
Setelah
kepergian Lyra dan Ayahnya, Adi masih bingung dan kecewa dengan kejadian yang
baru ia alami. “Apa maksud Ayah Lyra tadi?? Anak tak tahu balas budi? Maksudnya
apa?” hatinya terus bertanya-tanya.
***
Setelah
kejadian itu, Adi banyak termenung. Yang biasanya rajin membantu Ibunya, kini
ia lebih sering menyendiri dan melamun.
“Adi? Kenapa
lagi kamu Nak?” tanya Ibunya yang merasa bingung karena perubahan Adi.
“Ibu...”
rengek Adi.
“Kalau kamu
punya masalah, ceritakan saja pada ibu. Mungkin Ibu bisa membantu”.
Lalu Adi
menceritakan kejadian-kejadian yang telah Dia alami. Bagaimana hingga akhirnya
hubungan mereka tidak disetujui oleh ayahnya Lyra.
“Dan yang Aku
bingungkan, apa maksud Ayahnya Lyra, Bu? Dia bilang Aku anak yang tak tahu
balas budi, maksudnya apa Bu?” tanya Adi
“Tadi kamu
bilang, Ayahnya Lyra itu Pak Agus? Arsitek itukan?” kata Ibunya balik bertanya.
“Iya Bu..
Memangnya kenapa?”
Lalu Ibunya
Adi pun bercerita asal-usul Adi. Bahwa adanya Adi itu karena kecelakaan antara
Ibunya dengan Pak Agus, Ayahnya Lyra. Dan Pak Agus lah yang membiayai
sekolahnya Adi sampai sekarang. Mendengar cerita Ibunya tersebut, Adi menjadi
lemas tak berdaya.
“Jadi, Aku ini
anaknya Pak Agus, Bu? Dan Lyra itu adikku? Begitukah Bu?”
“Iya anakku...
Maafkan Ibumu ini anakku. Seharusnya Ibu menceritakan ini dari dulu. Sehingga cinta
terlarang kalian ini tidak akan terjadi”, kata Ibu Adi sembari menangisi atas
cinta terlarang yang terjadi pada anaknya.
Setelah mendengar cerita Ibunya, Adi
berusaha menghubungi Lyra. Tetapi nomor Lyra ternyata sedang tidak aktif.
Berkali-kali Adi mencoba menelepon Lyra, tetapi nomor Lyra tetap saja tidak
aktif. Sepulang sekolah, Adi pun berusaha menemui Lyra di tempat biasa. Tetapi
Lyra juga tidak kelihatan sama sekali. Berhari-hari menanti, berhari-hari pula
penantiannya sia-sia.
Hingga pada suatu siang di saat
penantiannya yang ke-sekian hari,
“Hai, kamu Adi
ya?” tanya seorang cewek pada Adi.
“Iya”, jawab
Adi. “Ada apa ya?”
“Aku temannya
Lyra. Dia titip ini padaku”, kata cewek itu sambil menyerahkan sebuah amplop
putih kepada Adi.
“Owh, makasih
ya,” kata Adi pada teman Lyra tersebut. Cewek itu pun berlalu.
***
Sesampainya di rumah Adi segera
membuka surat dari Lyra dan membacanya,
Untuk Kakakku
Tersayang,
Adi
Maaf, aku lama tak menghubungi mu Kak, karena ponselku disita sama Ayah.
Melalui surat ini, aku cuma mau bilang maaf, maaf, maaf, dan maaf sama kakak.
Sejak pertama mengenal Kakak, ada satu rasa di hatiku.. Apakah Kakak juga
merasakannya? Ku harap iya.
Tapi rasa ini mungkin tak akan bisa berlanjut lagi Kak. Setelah ku ketahui,
ternyata Kak Adi adalah kakak kandungku sendiri, anak dari ayahku.
Taukah kamu Kakakku tersayang.. Aku menulis surat ini sambil beruraikan air
mata, mengingat cinta kita yang tak mungkin bersatu.
Kak.. Mungkin saat kakak mebaca surat ini, aku sudah pergi jauh. Aku ikut
ayahku berdomisili ke Perancis.
Sebenarnya aku sangat sangat sangat nggak rela meninggalkan kakak.
Mengenai cinta kita, mungkin cinta kita hanya bisa sebatas cinta antara
kakak dan adik.
Maafkan aku Kak... dan semoga kakak mau memaafkan ku.
Selamat tinggal kakakku tercinta.
Dari Adikmu Tersayang
Lyra
Setelah
membaca surat tersebut, Adi meneskan air matanya. Air mata yang tak pernah ia
keluarkan sejak kecil, kini berhamburan keluar.
***
Teringat surat terakhir dari Lyra
itu, kadang Adi masih meneteskan air matanya. Tapi harus bagaimana lagi, tak mungkin
Adi mencintai adiknya sendiri.
Dan kini, Adi mencoba menjalani
hari-harinya seperti dulu sebelum bertemu dengan Lyra. Meskipuun itu sulit,
baginya.
***The End***